Tuma’ninah

Duhai Yang Membangkitkan Gelora, izinkan kami untuk tertambat kuat pada rahmatMu yang tidak pernah putus.

Kami tumbuh dan besar satu ritme dengan bumi yang berputar cepat, dengan matahari yang timbul tenggelam, dengan malam siang yang pergi lalu datang, dengan panas yang digeser gerimis yang mensalju di berapa pojok-pojok, dengan belukar yang menjulang tinggi kekar lalu merangas rapuh diganti tunas yang bersemi hijau muda.

Tapi hati kami sesungguhnyalah masih terpendam dalam, sebagai biji yang gagal menjadi.

Hamba macam apa kami ini, ya Rabb?
Yang mengisi bilik-bilik kami dengan jelaga, yang menanam dosa yang merumpun bambu, lalu tumbuh selayak gulma yang menjalar bersulur-sulur.

Sekali waktu pernah juga kami bersujud, dalam tunduk yang sama sekali tidak tuma’ninah, lalu beringsut buru-buru tak karuan seperti syurga sudah kami kavling seperempatnya.

Hamba macam apa kami ini, ya Rabb?
Yang bertingkah bijak selayak nabi, lalu menari-nari belingsatan atas sejumput puja-puji yang tidak sekuku hitam layak kami terima.

Tingkah kami selalu saja seperti sudah paripurna menamatkan madrasah ilmuMu, kami nasehati orang lain dengan suara halus yang mencela sampai ke ubun-ubun.

Padahal hati kami sesungguhnyalah masih terpendam dalam, sebagai biji yang gagal menjadi.

Lalu pada suatu malam yang berhujan rintik, pada waktu dimana kami kadang-kadang sadar. Kami sempatkan sejenak untuk merangkai doa. Yang jujur, yang seadanya, bahwa kami tidak akan pernah bisa lepas dari semuanya tanpa Engkau melonggarkan ikatannya.

 

(picture taken from here)

4 pemikiran pada “Tuma’ninah

  1. Tuma’ninah..
    Sebuah laku yang masih tak jarang menguap dari memory.
    Cermin pembenahan orientasi kebaikan diri.

    Keep inspiring me..

  2. Jadi malu dengan diri sendiri (seperti sudah paripurna menamatkan madrasah ilmuMu, kami nasehati orang lain dengan suara halus yang mencela sampai ke ubun-ubun).
    NAUDZUBILLAH….

Tinggalkan Balasan ke Vimey Batalkan balasan